Sudah satu tahun saya belum pulang kampung, dua kali lebaran juga tidak di rumah. Berada jauh dari rumah membuat saya belajar mengatur diri dan ekspektasi. Jangan dikira tempat yang telah kita inginkan dan impi-impikan bisa membuat nyaman dalam waktu yang singkat. Disini, saya belajar membuat zona nyaman yang mana saya sendirilah yang paling memahami diri ini.
Ya begitulah, perjalanan di tempat rantau seharusnya membuat diri kita bijak dan memperbanyak syukur. Kalau perjalanannya malah membuat kita banyak mengeluh, berarti ada yang salah dalam perjalanan tersebut. Jangan lupa untuk berdoa dan meminta restu orangtua agar setiap langkah kita bernilai pahala dan terkenang baik oleh manusia.
Bersyukur orangtua mengizinkan untuk menuntut ilmu diluar kota. Bisa pergi jauh sendirian. Yang terpenting tetap hati-hati dan waspada.
"Rausah adoh-adoh" artinya tidak usah pergi jauh-jauh, dulu kata nenek dan budhe saya yang sering bilang seperti itu. Gara-gara saya mau kuliah di Malang. Alasannya, saya perempuan, tidak usah jauh-jauh menuntut ilmu.
Mulai awal pandemi sampai sekarang saya kerap berjalan sendirian, sejauh apapun itu, karena semuanya pulang kerumah masing-masing. Dikos sendiri, tidur sendiri, makan sendiri, dan lain-lain juga sendiri. Enak gak enak, kuat gak kuat yo kudu dilakoni. Rasanya saya sedang berjalan jauh, melangkahkan kaki sendirian atau bersama kaki-kaki lain ketika keluar kosan. Menuju tempat yang belum pernah didatangi, bertemu dengan orang yang belum pernah ditemui, dan merasakan pengalaman yang belum pernah saya rasakan.
Saya berlatih, untuk tetap kuat dalam keadaan apapun. Memilih tidak menyerah pada keadaan walaupun sendirian.
sering cemas iya,
sering menangis sendirian iya,
sering merasa lelah fisik dan pikiran juga iya,
Terkadang, ingin marah-marah, badmood, ingin hilang saja dari bumi ini juga sangat-sangat iya. Tapi sayang, terlalu banyak hal yang harus disyukuri sehingga bisa diposisi saat ini, hanya bisa berusaha membuat diri sendiri nyaman dulu. Sampai hari ini juga masih berusaha. Jangan sampai berlarut-larut dalam zona tersebut, lalu memilih untuk mundur dan menyerah. Belajar tatak melewati ratusan pintu rintangan sendirian itu juga tidak mudah. Makanya belajar, gak sehari dua hari ya, tapi setiap hari.
Don't lose hope. Because you never know what tomorrow will bring.
Dalam perjuangan/perjalanan kita pasti banyak hal-hal sulit yang telah dilalui, dan lama juga kita menemukan solusinya. Kalau semua pertanyaan selalu bertemu jawabannya dengan cepat. Untuk apa ada perjuangan? Untuk apa ada rasa pinisirin?
Jika memang tidak mendapatkan jawabannya sekarang, ya tidak apa-apa. Proses perjuangan kita dalam mencari tahu dan mencari jawaban atas masalah yang ada akan mempertemukan kita dengan banyak kejutan. Tidak selalu hal yang menyenangkan, tapi itulah yang dapat menguatkan kita sampai saat ini.
Ini mungkin saja perasaan atau respon dari hati dan pikiran saya saat mendengar keluhan-keluhan anak muda (saya sendiri) tentang hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikeluhkan atau hal-hal yang seharusnya diubah jadi lebih baik lagi dengan diri sendiri maupun bantuan orang lain tanpa harus membuang banyak waktu dan tenaga untuk mengeluh atau bicara ngalor ngidul.
Mengeluh dan bercerita itu berbeda. Mengeluh itu menyatakan keluh, sedangkan bercerita itu membagi pengalaman dengan nyaman.
Kenapa bisa sekuat ini sampai sekarang? meskipun dalam prosesnya nangis-nangis gak jelas terlebih dulu, baru hahaha kemudian? Karena masa depan, sesuatu yang akan kita ciptakan bersama ikhtiar-ikhtiar dan doa-doa yang kita lakukan saat ini. Jangan menunggu, karena impian kita dimasa depan bukan untuk ditunggu, melainkan harus kita wujudkan.
single fighter must be strong. worry less, smile more.
semangat berproses!
Komentar
Posting Komentar