Langsung ke konten utama

Fase


 Apakah fase pendewasaan diri selalu begini?

Jika iya, seharusnya tidak perlu secemas ini. Kegelisahan dan keresahan hidup yang kita rasakan selalu berakhir dengan kata,

"Yaudah lah, sabar, namanya juga hidup."

But, in real life doesn't work like that, tidak akan pernah sama dengan permasalahannya. Semua harus diselesaikan sampai tidak muncul tanda tanya lebih banyak lagi. Meskipun dalam penyelesaiannya menghabiskan waktu yang lama. Tidak apa-apa, jangan mencoba lari dan jangan pula berdiam diri ditempat yang sama, tapi hadapi. Sehingga permasalahan bisa terlewati.

Sering kali terjadi,

Ingat, jangan pakai hati, bisa repot nanti.

Sudah berapa kali ingin lari?

Sudah berapa waktu yang dilewati dengan keraguan, kecemasan, kebimbangan, dan kata tapi?

Sudah berapa banyak langkah terhenti karena kamu pikir mecoba lari lalu pergi merupakan solusi?

Sudah berapa banyak tanda tanya untuk berpaling atau bertahan disini?

Banyak pasti,

Hingga tidak sempat menghitung dan mengingat-ingat lagi.

Meskipun kecewa dan marah sering kali menimpa diri ini, setidaknya kita mampu mengatasi apa yang terjadi, hal itu bukan sebagai tempat berhenti melainkan sebagai tempat pijakan untuk lebih kuat lagi.

Maka, mari kita intropeksi diri,

"Mungkin ini memang jalanku?"

"Bagaimana kalau memang cobaan yang menimpaku saat ini, besok, atau dikemudian hari adalah suatu barokah dari semua perjuangan ini?"

Apabila ini memang jalan yang diridhoi-Nya, maka yakinlah pada dirimu sendiri. Tetapi, jika ternyata bukan maka mintalah untuk dijauhkan sejauh-jauhnya dari sini.

Biar Allah yang menjawabnya.

Biar Allah yang menunjukkannya.

Apakah jalan ini baik atau tidak. Selama kita masih menemukan kebaikan dan kebarokahan didalamnya, berdo'alah kepada Allah disetiap aktivitas kita, yang rutin serta kontinyu. Dengan segala kekuatan dan petunjuk yang sudah Allah beri.

Prosesnya, perjuangannya, bukan indvidu didalamnya. Kalau kita semangat karena orang-orangnya, kita akan mundur dan merasa kecewa karena itu juga.

Jadi, bagaimana?

Mau pergi dan akhirnya kembali? atau kembali mensyukuri apa yang telah Ia beri?

 Ayo, anggaplah fase ini sebagai jalan yang harus dilewati bukan jalan untuk pelarian diri. Segera maju kedepan dan hadapi, yakin saja apapun yang sudah tertakar tidak akan tertukar, lakukan saja selama semuanya masih bisa terkendali.

Ingat, semesta tidak akan ingkar janji.

Karena dengan cari ini, Allah menginginkan kita untuk terus meminta petunjuk, kekuatan, kebarokahan, dan jalan yang diridhoi-Nya.

Wahai diri, semoga bisa selalu baik tanpa kata tapi. Karena sejatinya tugas kita memang untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Single Fighter

Sudah satu tahun saya belum pulang kampung, dua kali lebaran juga tidak di rumah. Berada jauh dari rumah membuat saya belajar mengatur diri dan ekspektasi. Jangan dikira tempat yang telah kita inginkan dan impi-impikan bisa membuat nyaman dalam waktu yang singkat. Disini, saya belajar membuat zona nyaman yang mana saya sendirilah yang paling memahami diri ini. Ya begitulah, perjalanan di tempat rantau seharusnya membuat diri kita bijak dan memperbanyak syukur. Kalau perjalanannya malah membuat kita banyak mengeluh, berarti ada yang salah dalam perjalanan tersebut. Jangan lupa untuk berdoa dan meminta restu orangtua agar setiap langkah kita bernilai pahala dan terkenang baik oleh manusia.  Bersyukur orangtua mengizinkan untuk menuntut ilmu diluar kota. Bisa pergi jauh sendirian. Yang terpenting tetap hati-hati dan waspada. "Rausah adoh-adoh" artinya tidak usah pergi jauh-jauh, dulu kata nenek dan budhe saya yang sering bilang seperti itu. Gara-gara saya mau kuliah di Malang. A...

Berusaha

Ngomongin usaha sebagai manusia sampai sak pol kemampuannya memang gak ada habisnya, walau pada akhirnya kita harus pasrah pada ketetapanNya. Usaha diiringi niat untuk mencapai tujuan memang perlu, tetapi ketika usaha tersebut diikutkan untuk mencari kebarokahan hasilnya akan berbeda bahkan jauh lebih baik dan itulah makna usaha yang sesungguhnya. Kita tidak sedang dalam badai yang sama, tapi semua orang akan bisa melewati badai tersebut. Bersyukur, Allah telah memberi nikmat dunia yang sama pada umatnya. Namun, Allah memberikan nikmat hidayah hanya kepada orang-orang yang dicintaiNya saja. Urusan akhirotnya dan dunia sama-sama lancar itu merupakan sebuah nikmat. Akhirnya tuntas ya? tuntas sidangnya, belum revisian dan ngerjain artikelnya. Oke, kita lihat usaha selanjutnya untuk mencapai wisuda, diriku harus yakin dengan apa yang telah diupayakan/diusahakan dalam satu tahun ini. Bukan hanya berbuah lelah, tapi juga barokah. Menjadi manusia yang mudah beryukur memang tidak semudah itu. ...